Hujan
sudah reda beberapa saat lalu. Aroma tanah basah disembur air, menguap tercium
keluar.Suasana halaman panti asuhan yang memang sudah sunyi, semakin hening
setelah hujan deras mengguyur tempat itu. Keheningan itu berangsur-angsur pecah
oleh seorang bocah yang memanggilku untuk melakukan cerita-cerita
kecil “kak Rin, ayolah masuk ke dalam ..” dengan mimik bahagia seorang anak
kecil menarik tanganku pelan. Canda dan tawa
menyelimuti kebersamaan kami,itulah yang dirasakan Rinta yang merupakan
anak seorang pengusaha kaya. “Aku sangat
senang bisa bertemu dengan kalian..”dengan ekspresi bahagia Rinta mengutarakan
isi hatinya kepada anak-anak panti asuhan itu.
Kring...
Kring... Kring... “masuuuk ayo masuuuk!!” kata Darwin. Rinta, gadis berseragam putih
abu-abu itu berlari dari mobil jemputannya sambil mengangkat tas diatas kepalanya
untuk melindungi diri dari derasnya guyuran air hujan. “ Win.. tunggu dulu dong
jangan ditutup pintunya, aku mau masuk..” kata Rinta sambil memelas. “Ayolah Rin,
kau sudah telat entar dimarahin oleh bu Endang..” Rintapun tak menghiraukan
semua perkataan Darwin, yang dipikirkannya hanyalah bisa masuk ke dalam kelas dan
belajar bersama semua teman-temannya. “huh.. untung saja bu Endang datangnya
telat ya Rin hahaha...” suara dari belakang itu ternyata si Roni membisiki ke
arah Rinta.Walaupun Rinta hanya mengganggap bahwa itu tidak lucu tapi dia
berusaha tersenyum ke arah Roni. Waktupupun berlalu, tak lama kemudian bu Endang
selaku guru bidang studi matematika menuju ke kursi guru yang berada di sudut
ruang kelas, semuapun hening melihat bu Endang membawa setumpuk kertas yang tak
lain adalah hasil ulangan harian minggu lalu.
“Aduh...
piro iki nilai ulanganku sing wingi kae.. tiwas bengine aku ora sinau esuke
dadak ulangan maneh ” celetuk sutrisno dengan logat jawanya yang medhok.
Seketika keheningan di ruang kelas itupun pecah oleh celetukan trisno yang
memang terasa asing ditelinga. “Apapun hasilmu itu pasti yang terbaik kok tris..”
Rinta pun mencoba untuk memberi semangat kepada teman didepan bangkunya
tersebut. Satu persatu kami disuruh maju untuk mengambil hasil ulangan kami,
dan disaat giliranku dipanggil, akupun melangkah ke depan, jantungku
berdebar-debar akan hasil yang akan ku peroleh. Bu Endang tersenyum kepadaku
dan mengatakan “Rin... selamat ya nilaimu sangat memuaskan, ibu bangga padamu,
pertahankan nilaimu ini ya..”.Didalam hati Rinta bergumam “Alhamdulillah ya
Allah ternyata hasil ulanganku tidak mengecewakan”. Dengan mata berbinar-binar
dan senyuman kecil yang menghiasi bibir mungil Rinta, mewakili suasana hatinya
yang bahagia.Waktupun terus berjalan, tanpa terasa bel berdering tanda waktu
pulang sekolah sudah tiba, murid-murid bergegas meninggalkan ruang kelas dengan
antusiasnya.
Tiba-tiba
Rinta mendapat pesan singkat dari mamanya “ Rin,
mama pergi ya, bilang ke papa,tidak usah cari-cari mama lagi..!” .Rinta
terkejut membaca pesan singkat itu
didalam ponselnya, seketika air matapun berlinang membasahi pipinya yang lembut
dan putih. “Loh Rin, kamu kenapa? Kok menangis?..”tanya Fany, sahabat karib Rinta sejak mereka masih duduk
dikelas lima sekolah dasar. Tanpa sepatah katapun Rinta langsung memeluk Fany
dengan eratnya. Dengan terbata-bata di sela isak tangisnya Rintapun mencurahkan
kesedihan hatinya. “Ada apa Rin?..” tanya Fany. “mamaku Fan... katanya beliau
pergi dan tidak usah dicari lagi :(”
“Aku yakin pasti mamaku pergi karena dia sudah
tidak kuat hidup bersama kami lagi :(”
sambil menangis tersedu-sedu Rinta meratapi kejadian itu. “hush..kamu tidak
boleh begitu Rin, beliau tuh seorang ibu mana tega dia meninggalkan kamu..” hibur
Fany menenangkan hati Rinta. Seketika Rinta terkejut melihat jarum jam ditangannya
sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. “Yaaampun Fan!, ini sudah sore pasti pak Ujang
sudah menungguku di gerbang sekolah.. aku duluan yaa Fan “ sambil mengusap air
mata dengan sehelai tisu di tangannya.“Iya Rin hati-hati sampai besok yaaa.... :) ” sahut Fany sambil
melambaikan tangannya.
Selama
perjalanan pulang Rinta hanya terdiam, kemudian pak Ujang pun memulai
percakapan dengan Rinta, “Non..ada apa, kok mukanya murung sekali?” tanya pak Ujang.
Rinta pun sama sekali tak menghiraukan perkataan pak Ujang sama sekali. Pipinya
basah dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya, “tidak ada
apa-apa kok pak!” jawaban acuh yang diberikan Rinta kepada pak Ujang. Setengah
jam kemudian sampailah mobil yang ditumpangi Rinta di depan rumah mewah berpagar
coklat tinggi dan berhalaman luas itu, mobilpun memasuki gerbang rumah, kemudian
pak ujang membukakan pintu mobilnya untuk Rinta. “Wah Non Rinta sudah pulang,
mari Non bibi bawakan tasnya...” seru bi Minah dengan ramahnya.
“Bi,
apa benar mama pergi, apa yang telah terjadi? “ tanya Rinta. Bibi pun diam dan
tertunduk di hadapan Rinta. “bi..?!’ tanya Rinta sekali lagi. “eh.. anu non
anu... bibi tidak tahu..” bibipun terbata-bata mengatakan hal itu kepada Rinta.
“Mama gak bilang mau pergi kemana bi?” tanya Rinta, bi Minah pun masih
menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas ketidaktahuannya.“Yasudah, Non Rinta
istirahat saja dulu”. Timpal bi Minah. Senjapun berganti malam. Pak Seno, ayah
Rinta pulang kerja dan menghampiri Rinta “Hai sayang, maaf papa baru pulang
tadi banyak sekali pekerjaan di kantor” jelas pak Seno. Rinta menanggapinya
dengan muka datar. “Pa, papa gak khawatir dengan mama?” tanya Rinta dengan
ekspresi sedih. Papa seakan-akan tidak perduli akan kepergian mama.Papa sangat
acuh tak ada kesedihan ataupun penyesalan di raut wajahnya.
“Tiga
hari sudah mama meninggalkan rumah...” gumam Rinta dalam hati, tersirat
kerinduan yang amat dalam di raut wajah Rinta, dengan mata berkaca-kaca sambil
memandangi foto mamanya yang terpasang di atas meja belajarnya.
Keesokan harinya di sekolah Rinta dipilih untuk
mengikuti lomba olimpiade matematika tingkat nasional, “Rin semangat ya aku
yakin kamu pasti bisa..!” timpal Fany menyemangati.“Ya Allah semoga aku bisa
memberikan hasil maksimal” jawab Rinta dengan penuh harapan. Tiba-tiba hp
berwarna putih dengan balutan gambar bunga sakura milik Rinta pun bergetar, “Halo
ada apa ka Andre?..” jawab Rinta, “Eh Fany... sebentar ya aku lagi ada telepon
dari kakakku.” Fany pun tersenyum dan langsung memberikan waktu untuk
membiarkan Rinta dan kakanya bercakap-cakap di telepon.
“Rin,
apa kabar kamu? Kaka udah kangen niih.. “
“Iya
ka aku juga kangen sama kaka, kapan kaka pulang? jangan di Depok terus dong
ka.. aku gak ada temennya lantaran ayah selalu pulang malam, dan kaka juga tahu
kan bahwa mama pergi dari rumah?”
“mmm..
iya ka Andre tahu kok, ayah dan ibu berselisih tentang pendapat masing-masing.
Iya deh..hari Sabtu besok kaka usahain pulang ya seusai kuliah.”
“oke
ka... Rinta tunggu yaa di rumah “
“Oke
sayang, adikku yang cantik. Maaf ya kaka ganggu waktu kamu lagi sekolah”
“Iya
gak papa kok ka Andre sayang “.
“Bye....”
Beberapa
jam kemudian, bu Endang menghampiri Rinta dengan membawa beberapa buku tebal, “Hai
Rin, ini ibu bawakan buku-buku penunjang untuk kamu pelajari, ayo belajar di
ruang media bersama ibu ya, dua minggu lagi lombanya..” sambil tersenyum bu
Endang memberikan buku-buku tebal itu kepada Rinta.. “iya bu.. “ jawab Rinta
dengan suara pelan. Dan merekapun mulai serius belajar untuk mengikuti lomba
tingkat nasional tersebut.
Tibalah
saat yang ditunggu-tunggu dimana Andre akan pulang di hari Sabtu ini. Papa pun
juga sangat antusias menyambut kedangannya. “bi, pak ujang mana, tolong
panggilkan ya bi..” pinta Rinta. “Baik Non...” jawab bi Minah. “Iya Non, ada
apa?..”tanya pak Ujang. “pak Ujang tolong antarkan saya ke toko kue dan
sekalian mampir ke toko buku ada beberapa alat tulis yang harus saya beli.” Pak
Ujang pun segara menyiapkan mobilnya untuk mengantarkan Rinta, setengah jam
kemudian sampailah di toko kue dan dia membeli beberapa kue kesukaan Andre
kakaknya. Setelah itu Rinta langsung menuju toko buku yang berada tepat
disebrang toko kue. Ketika hendak menyebrang tiba-tiba ada kendaraan yang
melaju dengan kencang dan Rinta pun terserempet dan terpelanting ke bagian sisi
jalan dengan kondisi parah. Melihat kejadian terdengar suara teriakan dan
masyarakat mengerumuni korban tabrak lari itu. Pak Ujang langsung berlari
menuju kerumunan orang-orang ditempat kejadian itu. Betapa terkejutnya pak
Ujang panik ketakutan melihat kejadian itu dengan kondisi Rinta berlumuran
darah. Dan membawa Rinta ke Rumah sakit terdekat dan berusaha menghubungi semua
orang rumah.
Ketika
pak Seno sedang bertelepon dengan rekan kerjanya, tiba-tiba bi Minah memberikan
kabar bahwa Rinta mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit. Pak
Seno langsung panik menghkhawatirkan keadaan Rinta segera dia bergegas ke rumah
sakit untuk melihat kondisi kesehatan Rinta.Setelah mengetahui keadaan Rinta
yang cukup parah, pak Seno menghubungi istrinya yang sudah lama pergi dari
rumah. “pak Seno, anak bapak lukanya cukup serius dia perlu tindakan cepat
yaitu harus segera di operasi..” pak Seno terdiam dan segera mengiyakan saran
Dokter Ferdi tersebut.
“Pah...
pah.. bagaimana keadaan Rinta sekarang?” tanya Andre panik.
“Lukanya
cukup parah ndre karena terkena benturan di kepalanya...” jawab ayah sedih.
“Lalu
mama sudah bisa dihubungi pah?”
“Mama
tidak ada jawaban saat ditelpon ndre..”
“Yaudah
aku sms mama ya pah, mama harus tahu akan hal ini yang menimpa Rinta.”
Saat
pukul 15.00 WIB mama Rinta melihat jam di hp nya dan ada beberapa panggilan
keluar dan beberapa pesan singkat. “Mah...ini Andre, mama kapan pulang? Rinta
tadi siang mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit. Kata dokter
kondisinya parah dan sekarang koma mah..” Seketika bu Siska menangis membaca
pesan singkat tersebut dan memutuskan untuk pulang dari Singapore. Seketika
sampai di rumah sakit bu Siska mendapati Rinta yang sudah tidak berdaya
kemudian timbul rasa bersalah dalam hatinya dan menyesali akan perbuatannya
selama ini, lalu meminta maaf kepada pak Seno, suaminya dan Andre, bu Siska
berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Seminggu kemudian, Dokter
memberikan kabar baik bahwa Rinta sudah sadar dari komanya, ketika membuka
matanya Rinta mendapati mama papa beserta Andre kakaknya berada di hadapan
matanya. Mamanya langsung memeluk tubuh Rinta sambil mengis dan meminta maaf.
Semua
saling bahagia dan menghargai satu sama lain :)